Dinasti Chou (1222 sampai 221 SM)

Dinasti Chou (1222 sampai 221 SM) - Dinasti Chou (Zhou) lama masa pemerintahannya, dalam sejarah Cina dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni Chou Barat dan Chou Timur (Nio You Lan, 1952). Berikut ini penjelasannya secara lengkap.

Lokasi Dinasti bisa anda lihat pada gambar berikut ini :

Dinasti Chou (1222 sampai 221 SM)

1. Chou Barat (1222-221 SM)

a. Asal Usul Orang Chou

Orang-orang Chou semula bertempat tinggal di Lembah Sungai Wei yang terletak di daerah antara Shansi dan Kansu. Pada saat itu, mereka dipimpin oleh Pangeran K'an FU, mereka bermigrasi dan menetap di Lembah Sungai Chou, Yuan. Di daerah ini mereka bercampur-campur dengan suku-suku lain yang untuk kemudian disebut sebagai "Orang Yin". 

Dalam perkembangan selanjutnya, mereka menjadi kuat ketika dipimpin oleh Wen Wang, karena kuatnya mereka sering disebut sebagai penguasa daerah barat. Dialah yang berusaha untuk memperluas kekuasaan orang-orang Chou. Orang-orang Chou baru berhasil merebut kekuasaan Dinasti Shang pada 1222/1223 SM ketika Chou dibawah pimpinan Wu Wang (anak Wen Wang), dan selanjutnya mendirikan dinasti Chou.

b. Chou Masa Pemerintahan Wu Wang

Wu Wang menjadikan Kota Chang An sebagai ibu kota. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana. Untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran kerajaan, Wu Wang membuat kebijakan dalam bidang pemerintahan, yaitu antara lain : 
  1. Kekuasaan Raja sebagai penguasa tertinggi.
  2. Raja dalam menjalankan pemerintahan didampingi oleh Perdana Menteri sebagai penasehat raja. Di samping itu juga dibantu oleh 5 (lima) menteri, yakni Menteri Pertahanan, Upacara, Pertanian, Kehakiman, dan Pekerjaan Umum.
  3. Kerajaan dibagi dalam beberapa provinsi.
Wu Wang hanya memerintah sampai tahun 1116 SM, kemudian digantikan oleh putranya yang masih kecil yakni Cheng Wang. Karena masih kecil maka dalam menjalankan pemerintahannya didampingi oleh seorang wali yang bernama Chou Kung. Pada masa pemerintahan Chou Kung ini berkali-kali China mendapat serangan yang dilakukan oleh orang-orang barbar (bangsa |Hsiung Nu).

Pada abad VIII M dan abad IX SM kekuasaan Chou Barat makin melemah, Kerajaan Chou terecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Raja terakhir Chou Barat ialah Yu Wang yang lemah tapi kejam. Pada masa Yu Wang inilah Chou Barat mengalami keruntuhan. Setelah Raja Yu Wang, muncullah raja P'ing, yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Chou Timur. 

2. Chou Timur (771-221 SM)

Setelah P'ing memerintah maka ibu kota dipindahkan dari Chang An ke Loi (Luoyang). Perpindahan ibukota ini dimaksudkan untuk menghindari serangan dari bangsa barbar. Setelah Chou Barat mengalami keruntuhan, Chou timur tidak mengalami kebesaran bahkan sebaliknya semakin melemah.

Pada masa ini kekuasaan daerah makin besar, walaupun kekuasaan pusat masih diakui. Dengan demikian pada masa Chou Timur ini terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yakni :
  1. Meningkatkan kedudukan para pedagang.
  2. Naiknya kedudukan para penguasa daerah, sedangkan di lain pihak merosotnya kekuasaan pemerintah pusat.
Di masa itu kemudian terjadi perebutan antar negara vassal (wilayah bagian yang otonomi), sebab pada masa itu di China banyak negara vassal seperti Ch'i, Ch'u, Ch'in, Po, Sang, Yen dan Chou sendiri sebagai pemerintah pusat. Perubahan sosial terus berlangsung, seperti mulai hancurnya sistem feodalisme, dan muculnya ide-ide baru di dalam bidang filsafat.

Negara vassal yang kuat menyerang yang lemah, masing-masing saling memperkuat diri. Jumlah peperangan yang banyak mengakibatkan majunya teknik organisasi dan kemiliteran. Dalam kondisi yang demikian dapat dinamakan masa permulaan dari zaman "The Independent and Contending States" dan sesudah itu  (403 SM) merupakan masa " The Warring States". (Latourette,1949).

3. Perubahan-Perubahan Masa Kung Sung Yang

Pada zaman dinasti Chou Timur, terdapat negara vassal yang terkuat, yaitu Sh'in dengan tokohnya yang terkenal Kung SUn Yang (sering disebut Shang Yang), yakni Perdana Menteri dari Ch'in. Ia banyak mengadakan pembaharuan dalam pemerintahan, ia mengusulkan kepada pangeran Hsiao (Raja Ch'in) agar dilakukan perubahan-perubahan seperti :
  • Sistem pinjaman tanah dihapus, tanah tersebut kemudian dikerjakan oleh para petani setengah budak.
  • Sistem feodal dihapus, rakyat diberi hak untuk memiliki tanah.
  • Pemberian kedudukan tidak berdasarkan atas keturunan, tetapi atas dasar kecakapan.
  • Orang yang telah berkeluarga supaya membentuk rumah tangga sendiri.
Ketentuan-ketentuan tersebut semula ditentang oleh para bangsawan, namun akhirnya pangeran Hsiao berhasil menetapkannya. Kerajaan Ch'in menjadi kuat dalam bidang kemiliteran, karena menggunakan tentara berkuda karena geraknya lebih cepat dan lincah. Hal ini dikenal dari para pengembara yang tiap kali masuk ke wilayah Ch'in.

Pada masa ini penguasa-penguasa daerah sudah berani menggunakan gelar "Wang" (raja kecil) sehingga kekuasaan mereka semakin besar, sebaliknya kekuasaan pusat semakin merosot. Sesudah Nan Wang (penguasa terakhir dari DInasti Chou) meninggal, Dinasti Chou masih tetap bertahan dan baru pada 249 SM Dinasti Chou dikuasai oleh kerajaan Ch'in.

Namun sebelumnya, guna memperoleh kekuasaan penuh atas Dinasti Chou, Kerajaan Ch'in berusaha untuk menaklukan lawan-lawannya terlebih dahulu. Lawan kuat terakhir ialah Kerajaan Ch'i, yang kemudian dapat dikalahkan oleh kerajaan Ch'in di bawah pimpinan Cheng pada 221 SM, selanjutnya Ch'in berhasil menguasai seluruh China.

Selanjutnya : Keadaan Masyarakat pada Masa Chou Timur

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Patung Merlion di Singapura : Legenda, Teknik Pembuatan, Fungsi dan Lokasinya

Sejarah Masa Bercocok Tanam Tingkat Lanjut atau Masa Perundagian

7 Peninggalan Kerajaan Tarumanegara